Direktor : Greta Gerwig
Producer : Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn O'Nei
Starring : Saoise Ronan, Laurie Metcalf, Tracy Letts, Lucas Hedges, Timothee Chalamet,
Film Lady Bird dibuka begitu tiba-tiba. Christine, seorang remaja perempuan, berdiri di muka cermin dan bertanya pada ibunya, "Apa aku terlihat seperti orang Sacramento?"
Producer : Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn O'Nei
Starring : Saoise Ronan, Laurie Metcalf, Tracy Letts, Lucas Hedges, Timothee Chalamet,
Beanie Feldstein, Stephen McKinley Henderson, Lois Smith.
Film Lady Bird dibuka begitu tiba-tiba. Christine, seorang remaja perempuan, berdiri di muka cermin dan bertanya pada ibunya, "Apa aku terlihat seperti orang Sacramento?"
"Kau memang orang Sacramento," sahut ibunya, sambil beberes. Adegan itu terjadi pada suatu hari, di satu kamar hotel, menjelang mereka check-out. Tak ada narasi penjelas. Hanya kutipan nyeleneh yang terasa tak nyambung sebagai pembuka. Penonton tiba-tiba dilempar ke satu scene yang pemerannya tengah sibuk. Entah itu tengah mengobrol atau sedang melakukan sesuatu. Dan kita dipaksa menyimak agar tahu arah adegan itu.
FILM PERAYAAN
Lady Bird merupakan film perayaan. Film ini merayakan kenangan tentang masa-masa remaja; impian masa muda, teman terbaik dan geng populer, guru, sekolah, jatuh cinta dan pacar pertama, kegiatan ekstra kurikuler, idealisme-idealisme dan yang paling dekat, orang tua. Namun, lebih dari itu, film ini sesungguhnya tengah merayakan geliat eksistensi perempuan dalam pusaran sosial patriarki.
Sekilas film ini tampak lurus, ringan dan tanpa konflik yang berarti. Dan yang paling menyebalkan bagi sebagian penonton, film ini terasa cerewet. "Aku bosan mendengar para tokohnya sibuk berbicara,"ujar salah seorang kawan. Dari awal sampai akhir, film ini hanya mempertontonkan kehidupan remaja perempuan memasuki masa akil balighnya, yang bahkan terasa biasa saja. "Ga cocok disebut film, cerita adikku pun lebih seru dari Lady Bird ini," kata kawan yang lain lagi. Benar sekali. Tak ada gejolak berarti apalagi drama yang menuntut perasan air mata. Namun, justru di situlah Greta Grewig menaruh kritik-kritik dan ide-ide feminisnya.
KRITIK TAK HARUS SELALU FRONTAL
Dua orang perempuan menjadi tokoh sentral film ini, Marion dan Lady Bird. Seorang perempuan yang telah matang melihat dunia, dan perempuan muda yang baru merasakan percik percik gairah mengenal dunia. Tokoh-tokoh lain di semesta ibu dan anak itu adalah objek dari pengamatan dan pengalaman mereka.
Ini memang bukan film tentang perempuan yang pertama. Banyak film yang menggunakan sudut pandang perempuan sebagai pusat cerita. Meski begitu, kacamata yang dipakai film-film tersebut tidak sepenuhnya "perempuan". Perempuan sebagai pencerita tetaplah perempuan dalam ide patriarki, hanya obyek suatu peristiwa atau tragedi semata. Di sinilah letak keistimewaan Lady Bird. Perempuan-perempuan dalam film ini tak sekadar obyek cerita, namun berlaku sebagai subyek, dan kita sebagai penonton diajak memahami semesta keperempuanan itu.
Lihat bagaimana Marion mendominasi biduk rumah tangga Mc Pherson itu; Dia berdiri di depan--dan tuan Mc Pherson di sampingnya--saat menyambut Danny di malam perayaan Thanksgiving, Marion juga yang menyetir ketika mengantar Christine ke bandara, dan yang paling penting, Marionlah yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga McPherson. Marion memegang peran sebagai pencari nafkah sekaligus pengurus keluarga.
Kemudian ada tokoh Christine atau yang lebih suka disebut Lady Bird. Seorang remaja perempuan yang baru melek itu mengusung ide-idenya tak kalah frontal. Sebagai perempuan, Lady Bird tahu apa yang dia mau. Saat Christine merasa mencintai Danny, dia pun melakukan pendekatan. Dia tidak menunggu didekati seperti stereotip kebanyakan. Lady Bird adalah subjek dari cinta pertamanya. Dia mencintai bukan seperti Milea dalam film Dilan Tahun 1990. Dia pula yang memutuskan untuk meninggalkan laki-laki yang sudah mengkhianatinya.
Lalu perihal keperawanan. Christine marah pada Kylie bukan karena ide mengagungkan keperawanan seperti defenisi para penganut patriarki. Dia marah karena momen yang dirasanya"spesial" justru dianggap sebagai aktivitas bercinta tidak spesial oleh pasangannya. Dia marah tidak saja karena didustai. Momen yang baginya seharusnya "sama-sama mencari" justru menjadi aktivitas biasa yang bakal cepat dilupakan. Perayaan romantisir Lady Bird dibubar paksa. Dan dia marah untuk itu.
Christine McPherson: I just wanted it to be special.Kyle: Why? You’re going to have so much unspecial sex in your life.
Di dunia partriarki ini, romantisasi hanya boleh dilakukan oleh laki-laki. Lihat saja kelakuan Dilan yang sebenarnya "horor" begitu berterima--dan sebagian penonton mengamini--dan malah dianggap manis, sementara bayangkan bila hal serupa dilakukan oleh seorang perempuan? Biasanya laki-laki yang menjadi target pendekatan itu akan merasa takut, dan hukuman sosial bagi si perempuan, menjadi bahan gosip sebulan penuh. Contoh lain tak perlu jauh-jauh. Mari kenang masa-masa pendekatan dengan pasangan kita dulu. Coba ingat lagi, bagaimana pasangan anda bisa menggombal dan anda menerima dengan senyam-senyum saja. Lalu lakukan hal serupa sekarang, misalnya mengirim pesan yang hampir sama atau melakukan hal manis yang sama, bisa jadi anda malah disodorin pertanyaan, ada apa, dengan tatapan aneh.
PEREMPUAN TIDAK SELALU BENAR
Meski di film ini laki-laki digambarkan begitu tidak ideal, seperti Tuan McPherson yang tidak bisa menjadi kepala keluarga karena karir gagal dan mengalami depresi, Danny yang gay, atau Kylie yang mengalami ejakulasi dini, perempuan juga tidak serta merta menjadi pihak yang paling benar. Perayaan Greta Gerwig bukan lantas menghasilkan film inferior yang sepihak memproklamirkan kalau perempuanlah yang terbaik. Tidak ada hitam dan putih dalam film ini. Film ini feminis sekaligus mengoreksi ide feminis para awam yang salah kaprah itu. Lihat bagaimana Marion yang sangat keras selalu berbenturan dengan putri satu-satunya. Dalam melakukan peran pencari nafkah sekaligus pengurus rumah tangga, Marion selalu diliputi kecemasan, ketergesa-gesaan dan luput membaca kebutuhan gadis remaja di rumahnya untuk merasa disukai. Dia pun tidak bebas berekspresi tentang perasaannya kepada Lady Bird. Tiap kali bertengkar, kata-katanya tak jarang menimbulkan sakit hati (scene di mana Marion menyebutkan betapa mahal untuk membesarkan anak itu terasa tidak asing bukan?)
Meski di film ini laki-laki digambarkan begitu tidak ideal, seperti Tuan McPherson yang tidak bisa menjadi kepala keluarga karena karir gagal dan mengalami depresi, Danny yang gay, atau Kylie yang mengalami ejakulasi dini, perempuan juga tidak serta merta menjadi pihak yang paling benar. Perayaan Greta Gerwig bukan lantas menghasilkan film inferior yang sepihak memproklamirkan kalau perempuanlah yang terbaik. Tidak ada hitam dan putih dalam film ini. Film ini feminis sekaligus mengoreksi ide feminis para awam yang salah kaprah itu. Lihat bagaimana Marion yang sangat keras selalu berbenturan dengan putri satu-satunya. Dalam melakukan peran pencari nafkah sekaligus pengurus rumah tangga, Marion selalu diliputi kecemasan, ketergesa-gesaan dan luput membaca kebutuhan gadis remaja di rumahnya untuk merasa disukai. Dia pun tidak bebas berekspresi tentang perasaannya kepada Lady Bird. Tiap kali bertengkar, kata-katanya tak jarang menimbulkan sakit hati (scene di mana Marion menyebutkan betapa mahal untuk membesarkan anak itu terasa tidak asing bukan?)
Sementara Lady Bird yang suka mengkritik ditaruh Greta bukan di posisi "hero". Nyatanya, dia menyela pembicara perempuan yang tengah membahas masalah aborsi hanya agar diterima teman barunya. Dia juga ternyata berbohong dan mengakui rumah bagus sebagai miliknya biar dianggap keren. Christine meninggalkan teman terbaiknya "Julie" demi bisa mendekati Kylie.
Tuan McPherson, di lain pihak, justru menjadi sekutu Lady Bird. Dia tidak tersinggung ketika Christine minta diturunkan satu blok dari sekolahnya. Dia pula yang membantu Lady Bird mewujudkan mimpi gadis remaja itu untuk kuliah di kota lain. Tuan McPherson juga mengingat hal-hal kecil, seperti ulang tahun Christine, atau memotret Christine sebelum berangkat ke malam dansa. Tuan McPherson yang menjadi jembatan untuk kedua perempuan keras di bawah atap rumahnya.
Tuan McPherson, di lain pihak, justru menjadi sekutu Lady Bird. Dia tidak tersinggung ketika Christine minta diturunkan satu blok dari sekolahnya. Dia pula yang membantu Lady Bird mewujudkan mimpi gadis remaja itu untuk kuliah di kota lain. Tuan McPherson juga mengingat hal-hal kecil, seperti ulang tahun Christine, atau memotret Christine sebelum berangkat ke malam dansa. Tuan McPherson yang menjadi jembatan untuk kedua perempuan keras di bawah atap rumahnya.
KRITIK SOSIAL LAIN YANG TAK KALAH PENTING
Film ini memang cerewet, dan memang dibuat agar cerewet (biasa disebut genre mumblecore). Dengan anggaran kecil, film ini hadir dengan kesederhanaan konflik namun gemuk kritik. Selain berbicara tentang feminisme, film ini juga mengkritisi isu-isu lain, seperti orang yang sibuk berbicara tentang perang, propaganda dan terorisme, ternyata bersekolah di tempat bagus dan memiliki kebiasaan hedon (Kylie), atau para vegan yang mengklaim diri bukan bagian dari predator ternyata memakai jaket kulit, atau formalitas di dunia kerja yang menilai pekerja dari tampilan saja (atau kerasnya dunia kapitalis yang menyingkirkan pekerja usia tua karena dianggap kalah produktif) atau tentang orang-orang atheis yang mengaku tidak percaya Tuhan namun manut saja saat yang lain memanggilnya dengan nama pemberian orang tua. Lalu Lady Bird yang susah payah bahkan sampai bertengkar dengan ibunya agar bisa kuliah di kota besar, malah menghabiskan waktu pertamanya dengan minum dan pesta-pesta. Dan tema besar film ini, komunikasi ibu dan anak, juga tak kalah kritisnya. Bahwa orang tua tidak selalu "membawa-bawa surga di telapak kakinya" dan anak berhak marah ketika disinggung masalah biaya yang "terpaksa" dihabiskan untuk membesarkannya.
Film ini memang cerewet, dan memang dibuat agar cerewet (biasa disebut genre mumblecore). Dengan anggaran kecil, film ini hadir dengan kesederhanaan konflik namun gemuk kritik. Selain berbicara tentang feminisme, film ini juga mengkritisi isu-isu lain, seperti orang yang sibuk berbicara tentang perang, propaganda dan terorisme, ternyata bersekolah di tempat bagus dan memiliki kebiasaan hedon (Kylie), atau para vegan yang mengklaim diri bukan bagian dari predator ternyata memakai jaket kulit, atau formalitas di dunia kerja yang menilai pekerja dari tampilan saja (atau kerasnya dunia kapitalis yang menyingkirkan pekerja usia tua karena dianggap kalah produktif) atau tentang orang-orang atheis yang mengaku tidak percaya Tuhan namun manut saja saat yang lain memanggilnya dengan nama pemberian orang tua. Lalu Lady Bird yang susah payah bahkan sampai bertengkar dengan ibunya agar bisa kuliah di kota besar, malah menghabiskan waktu pertamanya dengan minum dan pesta-pesta. Dan tema besar film ini, komunikasi ibu dan anak, juga tak kalah kritisnya. Bahwa orang tua tidak selalu "membawa-bawa surga di telapak kakinya" dan anak berhak marah ketika disinggung masalah biaya yang "terpaksa" dihabiskan untuk membesarkannya.
Marion McPherson: I want you to be the best version of yourself.
Christine McPherson: What if this is the best version?
PENUTUP
Sesungguhnya, tidak ada yang benar-benar ideal dan benar-benar tidak ideal di dunia ini. Dan film Lady Bird pun menceritakan ketidakidealan itu dengan tidak ideal. Sebagai debut, karya Greta Gerwig ini patut diapresiasi, apalagi di dunia persaingan Hollywood yang memang tidak ramah bagi perempuan. Tidak banyak perempuan yang duduk di kursi sutradara, dan Greta Gerwig berhasil membuktikan, dia sutradara perempuan yang patut diperhitungkan.
Komentar
Posting Komentar