Seharusnya mudah saja
seulas senyum, sedikit sahut, sesekali tertawa
dan biarkan percakapan berkejaran dengan ketuk
jarum jam di dinding
: selamat datang, untuk-mu yang lain
Di luar, angin menghempas dingin
gelap itu terasa akrab dan menjelma hantu
Apa kau masih suka Jazz? Apa kau masih menulis tentang kopi dalam puisimu?
Berisik kertak hujan di atap menjelma suaramu
pelan obrolan satu arah di seberang telepon menyayup lalu hilang
aku lupa tutur santun yang dulu kerap diajarkan dalam buku pelajaran
: ada kau di langit-langit kamarku
Aku berharap tak keliru membaca-mengurai tanda dan makna-maknamu
Hujan pecah di kaca, aku wagu dalam bingung
kau mengapung di belantara malam
mungkin ia tengah merutuk entah apa
: Kosong
seulas senyum, sedikit sahut, sesekali tertawa
dan biarkan percakapan berkejaran dengan ketuk
jarum jam di dinding
: selamat datang, untuk-mu yang lain
Di luar, angin menghempas dingin
gelap itu terasa akrab dan menjelma hantu
Apa kau masih suka Jazz? Apa kau masih menulis tentang kopi dalam puisimu?
Berisik kertak hujan di atap menjelma suaramu
pelan obrolan satu arah di seberang telepon menyayup lalu hilang
aku lupa tutur santun yang dulu kerap diajarkan dalam buku pelajaran
: ada kau di langit-langit kamarku
Aku berharap tak keliru membaca-mengurai tanda dan makna-maknamu
Hujan pecah di kaca, aku wagu dalam bingung
kau mengapung di belantara malam
mungkin ia tengah merutuk entah apa
: Kosong
Komentar
Posting Komentar