THE KEY


Judul: The Key
Penulis: Juni'chiro Tanizaki
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta (2012)
Halaman: 200 hal


Sungguh cara berkomunikasi yang aneh, kata saya saat membaca buku ini. Bagaimana tidak, ketika kebanyakan orang menulis buku harian untuk menyimpan cerita-cerita pribadi yang dianggap paling rahasia, suami istri ini malah menggunakannya untuk bisa saling berkomunikasi, saling mengungkapkan keluh kesah masing-masing. Ya, mereka menulis buku harian bukan untuk saling menyembunyikan namun untuk berharap agar dibaca oleh pasangannyanya.


Seorang professor tua menyampaikan ketidakpuasannya terhadap Ikuko, istrinya dalam buku harian. Dia tidak membatasi cerita tentang hal-hal yang menyenangkan saja, karena merasa Ikuko terlalu kuno untuk berbicara mengenai hubungan intim meski telah menjalani pernikahan selama 20 tahun. Selain itu, dia juga bercerita tentang kecemasannya perihal stamina fisik yang kian menurun dan ketidakmampuannya mengimbangi stamina istrinya. Sementara sang istri, Ikuko, menulis alasan-alasan mengapa dia bersikap dingin dan kaku dalam buku hariannya. Tradisi kesopanan dan didikan orang tua mengharuskan Ikuko menjadi perempuan yang diam dan malu-malu. Dalam buku harian tersebut, Ikuko juga menyampaikan bahwa pernikahan mereka adalah sebuah kesalahan dan dia sangat membenci suaminya. Mereka saling memanipulasi, saling mencurigai namun di lain pihak saling ingin menguji cinta masing-masing. 

Keadaan semakin runyam ketika Kimura muncul di antara mereka. Anehnya, kehadiran Kimura seolah-olah diinginkan. Melalui perasaan cemburu, si professor memunculkan imajinasi-imajinasi erotisnya untuk memberikan rangsangan juga meningkatkan gairah dan staminanya. Dia merasa gagah ketika berhasil menjelajahi dan mengenali setiap jengkal tubuh Ikuko tanpa ada perasaan ditolak. Padahal awalnya Kimura hendak dijodohkan dengan Thosiko, anak perempuan semata wayang, yang cerdas namun berpenampilan tidak menarik. Walaupun tokoh "aku" menuding istrinya kuno, namun secara sepihak dia menuntut sang istri untuk patuh terhadap kemauannya tanpa mau mengerti akan karakter istrinya sendiri yang tidak meletup-letup.

Meski bercerita tentang khayalan dan perilaku seksual sepasang suami istri, The key bukan lantas menjadi novel erotis yang vulgar dan tidak berarti sama sekali. Lewat novel ini Tanizaki bukan hanya menggambarkan perbenturan perihal perbincangan perilaku seksual (yang sebenarnya sangat manusiawi) dengan tradisi moralitas kuno dalam masyarakat Kyoto, namun juga sisi psikologis setiap tokoh dalam menghadapi permasalahan rumah tangga dengan berbagai kepentingan. Tidak hanya ada "aku" dan Ikuko, namun ada Kimura, dan Toshiko yang terlihat seperti terpisah dari kemelut tersebut namun justru menjadi "pengatur" setiap peristiwa, tentu saja dengan kepentingan tersendiri pula. Mereka saling menjatuhkan, saling mencurigai, saling memanipulasi, bahkan menipu diri sendiri sampai salah satu di antara mereka hancur. Dan justru pada akhirnya, masing-masing tokoh tidak mengindahkan norma yang berlaku demi memenangkan "pertandingan" tersebut.

Novel ini berbentuk buku harian yang ditulis bergantian oleh si Professor dan istrinya. Saya tidak mengalami kesulitan berarti ketika membaca novel setebal 198 halaman ini. Hasil terjemahan lumayan nyaman dan saya hampir tidak menemukan typo di dalamnya. Namun sangat disayangkan, sampul novel ini justru menurunkan poin penilaian karena sangat tidak sedap dipandang mata (gambar perempuan jepang memakai kuno dengan latar merah). Saya tidak tahu pertimbangan apa sehingga penerbit cenderung memakai foto perempuan sebagai sampul (saya tidak hanya menemukannya dalam novel ini, juga di beberapa novel terjemahan lainnya). Semisal calon pembaca tidak tahu siapa Tanizaki atau tidak mendapat rekomendasi dari orang lain mungkin novel ini akan menjadi pilihan terakhir atau bahkan tidak dipilih sama sekali. Dan ya ampun, apa-apaan ini, sub judul yang diberi justru membuat calon pembaca berpikir ulang untuk mengambil novel ini dari deretan rak di toko buku. Catatan Harian Seorang Istri Penuh Gairah dan Seorang Suami Pencemburu, saya seperti sedang membaca koran murahan yang tidak punya berita dan menjual cerita kosong dengan judul memualkan. Atau ini mirip sinetron atau film-film lokal yang justru tidak menimbulkan minat karena judul sudah terlalu telanjang. Tapi apa pun itu, pihak penerbit pasti memiliki banyak pertimbangan yang mungkin tidak saya mengerti.


Saya beri empat bintang, tapi bukan untuk sampul buku dan sub judul yang sebenarnya tidak penting kalau menurut saya.

Komentar