ORANG-ORANG BLOOMINGTON


Tokoh-tokoh "saya" dalam kumpulan cerpen ini sesungguhnya bukan orang yang jahat. Mereka hanya tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan sesama (lingkungannya?).

Setiap cerpen dalam kumpulan cerpen ini menghadirkan tokoh "saya" dengan pribadi yang kaku, kesepian, pendengki dan pendendam, serta tidak puas dengan pencapaian dalam hidupnya (kosong?). Setiap tokoh saya merupakan simbol dari kesengsaraan, kata Budi Darma. Terkadang, saya sendiri sebagai pembaca merasa setiap tokoh "saya" dalam buku ini merupakan korban dari kejahatan lingkungannya. Uniknya, sering kali pula keadaan menjadi terbalik, tokoh saya menjadi pelaku tindak kejahatan (meski tidak disengaja, seperti ada sesuatu yang mengkondisikan/ memaksa), semisalnya saja dalam cerpen Yorrick di mana saya yang merasa dunia berlaku tidak adil karena dia yang bersikap sopan, memiliki pola hidup yang teratur dan bersih justru tidak bisa diterima oleh orang-orang sekelilingnya bahkan dari Catherine-perempuan yang membuatnya memutuskan pindah ke loteng Ny. Ellison di Jalan Grant-sementara Yorrick yang lebih mirip mayat berjalan dan memiliki kebiasaan yang menjijikkan justru sangat disenangi bahkan oleh Ny Ellison yang pemurung.

Orang-orang Bloomington merupakan buku kumpulan cerpen pertama Budi Darma. Buku ini terdiri dari 7 cerpen yang tidak bisa dikatakan pendek (bila dilihat dari pengertian harfiah cerita pendek). Memang cerpen lebih pendek daripada roman, tapi cerpen yang baik juga mempunya kebulatan seperti yang dimiliki tulisan-tulisan yang baik dalam bentuk sastra yang lain, kata Budi Darma dalam pengantar (Lihat hal. xiv). Semua cerpen dalam buku ini adalah cerpen realis yang (sepertinya) ingin mengolok-olok keidealan konsep modernitas. Penelanjangan sisi psikologi baik dari tokoh saya dan tokoh-tokoh yang menjadi obyek pengamatan tokoh "saya", semuanya bukan tokoh-tokoh yang sehat, justru terpinggirkan oleh lingkungan yang individual dan tidak mau tahu.


Hampir semua cerpen dalam kumpulan cerpen ini menjadi jagoan saya terutama Laki-laki tanpa Nama dan Keluarga M. Laki-laki tanpa nama seperti cerita detektif yang tidak memerlukan kasus besar untuk diselesaikan tapi mampu menyedot dan membuat saya berdecak di akhir cerita. Sementara dalam cerpen Keluarga M, saya sungguh tidak habis pikir bagaimana seseorang menganggap dua orang anak kecil sebagai musuh dan merasa perlu menyusun rencana besar demi membalaskan dendamnya. Dia bahkan sampai menulis surat kepada pengurus apartemen untuk membuat mesin minuman di beberapa tempat demi tercapainya tujuan. Cerpen ini menjungkirbalikkan arti kedewasaan. Ternyata benar, tingkat kedewasaan seseorang tidak bisa diukur melalui jumlah umur. (20 s.d 23 Oktober 2012)
"Mungkin baginya mengharap lebih penting daripada terpenuhinya harapan itu sendiri." (Nyonya Elbehart, hal. 128)
"Memang kadang-kadang saya merasa tidak ada gunanya menentang arus umum, karena tokoh saya bukan apa-apa. (Charles Lebourne, hal 157)

Komentar