DADDY LONG-LEGS



Begitu selesai membaca novel Daddy Long Leg, mendadak saya ingin menulis surat. Surat itu akan saya tujukan kepada seseorang yang tidak saya kenal (harus yang tidak saya kenal, karena saya pasti malu bila mengetahui bahwa pembaca surat saya adalah orang yang pernah saya temui atau saya kenal. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rautnya saat menahan tawa karena isi surat saya yang pasti terlihat sangat lucu). Saya akan menulis "dear tuan yang namanya tidak saya ketahui" atau "dear tuan yang tidak pernah saya temui bahkan dalam mimpi sekalipun" sebagai salam pembuka.

Sebagai isi surat, mungkin saya akan menulis tentang... (sebentar, beri saya waktu untuk berpikir), ah, saya hampir kehilangan akal karena ternyata pengalaman saya tidak lebih menarik dari Jerusha Abbot atau yang biasa disebut Judy. Saya pikir, dia tidak begitu malang seperti yang ditulisnya dalam surat-suratnya karena pernah tinggal di Panti Asuhan John Grier dan menghabiskan banyak waktu antara mengelap hidung anak-anak yang lain--pada hari rabu pertama dalam setiap bulan dan kesibukan-kesibukan lainnya untuk menyambut kedatangan para tuan dewan yayasan--dan untuk kegiatan belajar atau kegiatan untuk dirinya sendiri. Tidak, saya bukan sedang berusaha membuat gadis serba berterus terang itu semakin jengkel dengan menyinggung masa muda yang selalu dianggapnya tersia-sia, hanya karena dia merasa tidak mengetahui banyak hal seperti gadis-gadis lain di kampusnya di tahun pertama.

Saya rasa, kau pasti akan berpikir yang sama dengan saya begitu mengetahui kalau Judy telah melewati banyak pengalaman menarik sejak mendapat tawaran melanjutkan kuliah atas biaya seorang laki-laki--salah satu dari dewan yayasan yang tidak dikenalnya--baik hati, yang selalu berusaha membuat dia terlihat tidak terlalu berbeda dengan gadis-gadis lain. Laki-laki itu tidak sakit hati ketika Judy mengungkapkan ketidaksukaannya akan Panti Asuhan John Grier. Dia juga tidak marah ketika Judy mengembalikan 17 hadiah natal yang dikirimkannya, atau ketika Judy melanggar larangan-larangannya untuk tidak mengajar privat, atau menerima bea siswa di tahun ketiganya di universitas, meskipun dia berhak melakukannya.

Ah, sepertinya surat-surat saya pasti tidak akan lebih menarik dari surat-surat yang ditulis Judy. Surat-surat yang terdengar konyol tapi menarik kalau menurut saya. Coba kau bayangkan, bagaimana bisa dia, maksud saya Judy, bercerita pada seorang laki-laki--yang saya dan dia tebak pastilah seorang pria berumur, yang jangkung, yang baik hati, tapi sedikit konvensional karena tidak mau mengunjungi Judy meski pada hari kelulusannya--tentang cuaca, rasa irinya melihat stoking sutra milik Julia, atau perasaan tidak sukanya akan Mrs Lippert, Matronnya di Panti Asuhan dulu. Dia juga mengeluhkan tentang ujian dua mata kuliahnya yang gagal, atau tentang pelajaran renangnya yang memang sangat aneh itu.

Benarkan apa yang saya katakan sebelumnya? Judy bukan anak perempuan malang meski dia berasal dari Panti Asuhan. Dia malah bisa dikatakan anak perempuan yang beruntung, dan saya juga beruntung bisa membaca surat-surat pribadinya buat Tuan Daddy Log Leg yang misterius itu, dan sepertinya saya akan mulai memikirkan akan menulis apa dalam surat yang akan saya mulai dengan "dear tuan yang namanya tidak saya ketahui" atau "dear tuan yang tidak pernah saya temui bahkan dalam mimpi sekalipun" sebagai salam pembuka.

Baiklah, saya tidak mau membuang-buang waktu, saya akan mulai memikirkan isi surat saya dan kemana  kelak saya akan mengirimkannya (Ini juga penting, karena seperti yang saya katakan sejak tadi, saya tidak mau mengirimkan pada orang yang saya kenal atau pernah saya kenal apalagi yang pernah mengantri bersama saya di sebuah supermarket yang ramai. Itu pasti sangat memalukan). Sebelumnya saya mau mengucapkan turut bergembira buat Judy yang mendapat kejutan luar biasa yang membahagiakan (saya tidak akan mengatakan padanya kalau saya bisa menebak siapa Daddy Long Legs itu sejak di tengah-tengah cerita. Saya tidak mau merusak kebahagiaannya).

Tiga bintang buat surat-surat Judy yang menarik, buat penterjemah dan juga editor (meski saya menemukan beberapa typo, tapi tidak terlalu masalah), dan tentu saja buat si penulis.

Komentar