RSS

WUTHERING HEIGHT

Judul : Wuthering Heights
Penulis : Emily Bronte
Penerjemah : Lulu Wijaya
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, April 2011
Tebal 488 halaman ; 20 cm


Dalam arti harafiahnya, wuthering adalah cuaca buruk, semacam badai dengan angin yang kencang. Namun dalam novel klasik bersetting abad 19 karangan Emily Bronte ini, Wuthering Heights adalah nama sebuah rumah milik keluarga Earnshaw.


Cerita dibuka dengan kunjungan tuan Lockwood ke kediaman pemilik rumah yang disewanya, Heathcliff. Semula dia memaklumi kekakuan dan kekerasan Heathcliff, dan dia tertarik untuk berkunjung lagi ke Wuthering Height. Siapa sangka, di sana dia mengalami mimpi buruk yang aneh, dan dia hampir-hampir percaya kalau yang dia lihat itu adalah hantu.

Tidak. Dia tidak akan mengetahui tragedi yang pernah terjadi di Wuthering Height dari tuan Heathcliff sendiri, karena bisa dipastikan dari ketidakramahannya menjamu tamu. Demikian juga dari beberapa orang yang ditemuinya di sana. Seorang lelaki tampan yang kotor dan berantakan, Hareton, gadis belia yang angkuh dan pembangkang, juga si pelayan tua yang sering mengeluh, Philip.

Kisah ini diceritakan dari sisi Ellen Dean, pengasuh Catherine Earnshaw juga Catherine Linton. Pahit dan getir. Pembaca tidak akan digiring untuk mengasihani Heathcliff atau mengagumi Catherine, karena Ellen Dean sendiri berkata, dia tidak terlalu suka dengan anak keturunan gipsi yang dipungut oleh Mr. Earnshaw, juga kepada nonanya yang liar dan keras kepala.  Pembaca juga tidak diberi kesempatan untuk mengagumi kecantikan seorang Catherine, selain dari kelicikannya memikat Edgar Linton yang menurutnya manja dan membosankan.

Dari awal sampai akhir pembaca akan sering menemukan umpatan dan makian, bahkan dalam menyatakan perasaan cinta sekali pun (Ketika Heathcliff memaksa masuk untuk melihat Catherine yang sedang sekarat).  Saya sampai berpikir, betapa beraninya Ellen Dean menyatakan kejengkelannya akan sikap Catherine yang sering kali mendramatisir penyakitnya untuk menarik simpati suaminya, Edgar Linton. Satu-satunya tokoh yang menarik simpati adalah Edgar Linton, yang dianggap sebagai penghalan cinta Heathcliff dan Catherine, tapi justru yang paling teraniaya. Dia mesti menghadapi kepura-puraan Catherine dan juga dendam Heathcliff yang ingin menghancurkannya. Saya sendiri merasa geram, karena cinta Edgar yang tulus membuatnya buta, dan selalu menuruti permintaan istrinya yang egois, meski Catherine sendiri pernah berkata,

“Aku tidak menginginkanmu, Edgar. Aku sudah berhenti menginginkanmu. Kembalilah ke buku-bukumu. Aku senang kau memiliki sumber penghiburan itu, karena segala yang kau miliki dalam diriku sudah tiada.” (halaman 186).

SEJARAH WUTHERING HEIGHT DAN EMILIE BRONTE
Novel ini disebut-sebut sebagai satu-satunya karya yang dihasilkan oleh Emilie Bronte, diterbitkan pada tahun 1947 dalam bentuk dua jilid. Jilid ketiganya yang berjudul Anne Grey ditulis oleh Anne Bronte, saudaranya sendiri.

Emilie Bronte lahir pada tanggal 30 Juli 1818 di Thornton, near Bradford in Yorkshire, anak kelima dari enam bersaudara dan merupakan adik dari Charlotte Bronte.  Dia menerbitkan Wuthering Height ketika berumur 29 tahun, dan meninggal pada umur 30 yang disebabkan oleh penyakit TBC yang dideritanya.

Semula Wuthering tidak diterima secara baik oleh pembaca. Novel ini menuai banyak kritik karena teknik berceritanya yang tidak lajim dan plotnya yang rumit. Selain itu karakter yang gelap dan suram membuat cerita ini dianggap aneh pada jaman itu.







KUTIPAN

Orang yang lembut dan murah hati hanya egois dengan cara yang lebih adil daripada mereka yang suka menjajah (hal.134)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengharapan tidak pernah Mengecewakan. Tetap Semangat!