RSS

PINTU TERLARANG



JUDUL: PINTU TERLARANG
PENULIS: SEKAR AYU ASMARA
PENERBIT: GPU
TAHUN: 2009
264 Pages


Saya tertarik membaca buku ini karena referensi dari salah satu teman, selain itu, saya memang pernah “mengenal” sang penulis melalui novel yang berjudul KEMBAR KEEMPAT, novel keren yang mengangkat isu incest dengan cerdas dan intrik-intrik rumit seolah tiap karakter terpisah lalu menyatu dalam ending yang membuat saya akhirnya berhoo-ria alias mudeng dengan keseluruhan cerita.

Novel Pintu Terlarang dibuka dengan sepenggal kisah “aku” yang masih berusia sembilan tahun. Aku kerap mengalami penyiksaan dan tekanan dari kedua orang tuanya (child abuse). Penggalan kisah “aku” ini muncul secara berselang dengan kisah karakter novel yang lain. Sehingga novel ini terkesan patah-patah dan saya cukup lama mengerutkan dahi untuk mencari korelasi antar bab dan alur cerita secara keseluruhan.

Bab kedua berkisah tentang kehidupan seorang pematung muda berbakat yang karyanya sangat laris di pasaran. Kisah pematung bernama Gambir itu dilukiskan sangat sempurna. Karir cerlang, hidup mapan, seorang istri super cantik yang selalu menjadi sumber inspirasinya, dan teman-teman serta anggota keluarga yang sangat mendukung karirnya (kecuali sang ibu, Menik Sasongko).

Tapi karakter Gambir membuat saya bingung karena sikapnya yang terlalu mengalah pada Talyda, sang istri. Semula saya menarik kesimpulan kalau itu dikarenakan Gambir terlalu mencintai dan memuja Talyda sehingga tidak ingin menyakiti apalagi mengecewakan sang istri. Namun pertanyaan kian menumpuk karena pada bab-bab selanjutnya diceritakan Gambir kerap memilih untuk mengalah bila istrinya mulai marah. Menurutku terlalu picisan bila cinta tidak mampu memilah antar logika dan perasaan.

Novel ini juga menghadirkan karakter Pusparanti dan Dion, sepasang kekasih yang sebelumnya merupakan rekan kerja. Ranti adalah seorang wartawan majalah EM sedangkan Dion merupakan fotografer berdarah dingin. Dion adalah duda dengan seorang anak yang bernama Edo. Istrinya meninggal ketika melahirkan Edo dan dia sempat menyalahkan Edo atas musibah itu.

Ranti dan Dion bersama meliput kisah seorang yang disebut “dia” yang mengidap penyakit schizophrenia dan telah dikurung di ruang isolasi hampir 18 tahun. Intrik demi intrik kian rumit. Saya sempat tersesat di bagian tokoh Dion lain--yang dihadirkan penulis--yang merupakan anggota team yang membantu Talyda.

Saya mulai penasaran dan berusaha menebak-nebak siapa sesungguhnya “aku”? apakah “aku” juga “dia”? Lalu misteri apa yang tersembunyi dalam pintu terlarang itu? Apakah ada hubungan “aku” dengan kehidupan  Gambir ataupun Talyda. Saya mencurigai banyak tokoh. Bahkan saya sempat menuding “masa lalu Talyda”lah yang berkaitan dengan misteri ini karena dia bersikeras melarang Gambir untuk membuka atau sekedar ingin tahu tentang Pintu Terlarang.

Novel ini berkisah tentang Cinta dan Kesempurnaan, Kepercayaan dan Pengkhianatan, Kerabat dan Lawan, juga masa lalu yang akan membentuk karakter seseorang kelak. Sekar Ayu Asmara berhasil membuat saya “betah” untuk menyelesaikan novel ini agar menemukan misteri Pintu Terlarang dan siapa sesungguhnya aku. Lalu mencari pada bagian mana kehidupan Gambir dan Ranti saling bersentuhan.  Keunggulan lain novel ini terletak pada Ending yang mencekam dan sadis. Kengerian itu sempat membuat saya bergidik.

Secara keseluruhan, novel ini patut diancungin jempol. Walau rada kecewa karena ternyata tokoh Gambir si pematung dan Talyda justru hanya bagian dari imajinasi "aku". Ternyata karakter yang saya anggap sebagai tokoh utama hanya rekaan "aku". Dugaan saya benar-benar meleset. "Aku" tetap "aku". Tidak ada hubungan secara langsung dengan karakter-karakter yang muncul dalam novel ini. Dan ternyata Pintu Terlarang tidak memberi jawaban yang memuaskan atas praduga saya sebelumnya yang sebenarnya sangat mengharapkan kejutan luar biasa. Bahkan Gambir dan Ranti pun bersentuhan secara tidak langsung. Hasrat sok detektif saya tertipu padahal sejak awal saya telah berusaha meneliti dan mengamati tiap tokoh dengan curiga dan bersiap-siap menyatakan “Tuh kan, bener dugaan saya” pas ending.

Novel yang benar-benar layak dibaca.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengharapan tidak pernah Mengecewakan. Tetap Semangat!