RSS

ORANGE

JUDUL          : ORANGE
PENULIS      : WINDRY RAMADHINA
PENERBIT   : GAGAS MEDIA
CETAKAN    : Pertama, 2008
TEBAL        : 286 halaman


Well, tidak ada yang salah dengan buku ini. Ini novel pop, dan tentu saja seperti novel-novel sejenis lainnya, Orange juga menawarkan cerita cinta dengan akhir yang sangat manis. Mungkin permasalahannya ada pada saya. Kepala yang dipenuhi beragam masalah sejak seminggu yang lalu, mulai dari yang sepele sampai yang membuat saya tidak bisa tidur sepanjang malam meski mata sudah sangat perih. Semestinya saya tidak membaca novel ini dan melakukan hal lain yang mungkin lebih bisa meringankan.


Semula saya hanya berniat melakukan aktivitas membaca seperti biasa. Teman saya pernah berkata,  buku-buku pop, ciklit dan sejenisnya lumayan manjur sebagai hiburan. Buku-buku seperti itu tidak akan memaksamu berpikir keras, dan memberimu kesempatan untuk berkhayal. Setidaknya kau bisa melupakan masalahmu sejenak, tambahnya pula. Hari yang terasa lebih berat dari hari-hari biasa meski liburan baru saja selesai mendorong saya mencoba pesan teman saya itu dengan tidak membiarkan kepala disuntuki hal-hal lain.


Orange. Novel ini bercerita tentang cinta segitiga antara prince charming yang paling diinginkan perempuan se-Jakarta Raya, putri cantik yang sempurna namun sangat ambisius, dan perempuan biasa yang tidak cantik namun terlihat menarik (bila dilihat dari sisi berbeda dengan sang beautiful princess). Ketiganya memiliki latar kehidupan yang glamour. Diyan dan Faye, keduanya adalah anak dari pengusaha paling sukses di negeri ini, dan kedua keluarga tersebut berniat menggabungkan nama besar Adnan dan Muid melalui perjodohan. Ide perjodohan bermula dari Mei, ibu Faye yang menginginkan penerus bagi usaha keluarga karena anak semata wayang mereka lebih memilih bidang fotografi ketimbang belajar bisnis. Karakter-karakternya  mudah ditebak dan tentu saja dengan alur ceritanya.


Faye dan Diyan tidak menolak perjodohan tersebut dengan alasan masing-masing. Lalu ada tokoh Zaki-saudara Diyan Adnan yang keluar dari istana keluarga Adnan dan memilih jalan hidupnya sendiri, dunia advertising-yang menyukai Faye. Kemudian ada pula Rei, sepupu sekaligus asisten pribadi Diyan yang menyusun segala jadwal, mulai dari urusan kantor sampai jadwal kencan antara Diyan dan Faye, dan beberapa tokoh pendukung yang perannya tidak begitu penting.



Terdapat banyak kekurangan di sana-sini. Typo, posisi ilustrasi yang terkadang menutupi teks, struktur kalimat, dan lain sebagainya. Mungkin masalah di Editornya. Tapi semua itu tidak terlalu mengganggu. Mungkin saya cuma perlu sedikit membiasakan diri lagi untuk membaca novel jenis ini lagi. Membiasakan diri dengan detail kemewahan di sana sini, karakter-karakter yang terlalu sempurna, dan konflik yang terlalu drama (Ohmy, saya benar-benar ingin tahu, apa benar ada kehidupan seperti itu di dunia nyata yang serba keras saat ini). Saya tidak anti, hanya sudah tidak terbiasa. Dulu saya termasuk salah satu penggemar tulisan-tulisan manis seperti ini, bahkan saya pernah hampir menjadi kolektor novel-novel Meg Cabot lengkap (Info tidak penting sebenarnya, hehehe).




Saya merasa sedikit aneh dengan detail-detail mengenai kemewahan di sana-sini (baiklah saya jujur, tidak sedikit, tapi hampir merasa tidak nyaman). Sebenarnya narasi penulis tidak berlebihan-saya pernah membaca yang lebih parah dari ini (dengan segala jenis merek kelas atas disebutkan-hanya memang seperti yang saya kemukakan sebelumnya), saya memang sudah tidak terbiasa lagi. Tapi sisi positif yang bisa saya petik, saya jadi tahu tempat-tempat bagus dan kafe-kafe kelas atas di Jakarta (Siapa tahu berniat mampir ke sana).


Kalau menurut saya. Novel ini termasuk tanggung. Ada moment sepertinya akan bagus kalau didramakan (bukankah ini novel pop?). Ketika Faye setengah mati berusaha mencari klise foto Diyan di Gudang bawah tanah, dan ketika Diyan melihat studio Faye yang penuh gambarnya. Saya kehilangan moment yang semestinya bisa membuatku sedikit merasa sesak (mesti diakui, ada sisi dramatisasi dalam diri saya yang terkadang muncul). Mungkin pembaca lainnya merasa kekecewaan yang sama denganku. Selain detail-detail mengenai kekayaan, saya tidak menemukan hal-hal penting yangmembuat saya mengenal setiap tokohnya, terutama si tokoh utama, Faye, yang mestinya mendapat simpati karena dia tidak cantik dan berusaha keras untuk kelanggengan pertunangannya . Saya tidak begitu mengenal sosok Faye yang diperebutkan Diyan bersaudara, dan saya tidak bersimpati padanya sehingga di akhir cerita saya tidak bisa berkata, I'm happy for you. Semua datar. Bahkan porsi untuk kemungkinan Zaki jatuh cinta pada Faye sangat sedikit. Mungkin penulis ingin menghilangkan unsur sinetron dalam novel ini, tapi malah terkesan tanggung.

Well, sekali lagi tidak ada yang salah dengan novel ini. Ini novel metropop, dan pastinya seperti novel pop lain, novel ini memang akan berakhir bahagia. Sebenarnya saya hendak memberi bintang dua, tapi covernya tidak eye catching. jadi mengurangi poin setengah. Dan karena tidak ada bintang satu setengah, saya bulatin ke bawah untuk kekurangan di sana-sini. Dan yang lebih mengganggu sebenarnya adalah judul dari novel ini. Mengapa harus Orange? Tidak ada hal yang berkaitan dengan orange selain Faye sangat menyukai buah ini. Hanya disebut sedikit. Saya berpikir, bila buah kegemaran Faye bukan Orange, apakah novel ini masih memakai judul orange atau menukarnya?





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengharapan tidak pernah Mengecewakan. Tetap Semangat!