RSS

DUNIA ANAK-ANAK MAMAK YANG AJAIB

"Jangan pernah membenci Mamak kau, Eliana. Karena kalau kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang Ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian"

Tidak banyak buku berseri yang pernah saya baca, bahkan tidak lebih dari jumlah sepuluh jari saya. Sebut saja tetralogi Laskar Pelangi, Serial Anak-anak Mamak, The Bartimeus Trilogy, dan yang paling terakhir dan masih dalam proses pembacaan (yang entah kapan akan selesai) yaitu tetralogi pulau buru. Sebenarnya saya ingin berbagi mengenai tetralogi Pula Buru, tapi sepertinya terlalu riskan untuk mengulas buku yang fenomenal itu. Selain karena belum tuntas membaca, saya merasa kapasitas saya belum memadai untuk mengulas sampai saat ini saya tidak lebih dari seorang penikmat (yang jarang merenung lebih dalam untuk menangkap esensi dari suatau bacaan). 

Kali saya akan mengulas tentang buku seri karya Tere-Liye yang berjudul Serial Anak-anak Mamak, yang lagi-lagi saya belum menuntaskan buku yang terakhir, berjudul Amelia (yang belum terbit hingga saat ini) yang merupakan pembuka sekaligus penutup serial ini. 

Nur atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mamak memiliki empat orang anak yang luar biasa. dengan karakter dan kelebihan yang berbeda-beda. Ada Burlian si anak special, Pukat si serba tahu atau brilian, Eliana si anak pemberani dan Amelia yang merupakan bungsu dari ke empat bersaudara tersebut.


Apa yang membedakan buku ini dari serial-serial lainnya atau dari buku lain yang mengangkat tema serupa?

Salah satunya mungkin adalah kesederhanaan dalam bercerita. Tere Liye begitu lihai menggambarkan makna dunia di mata anak-anak, Tentu saja tidak mudah menyelami pemikiran masing-masing tokoh dalam novel yang berbeda baik dari watak maupun usia. Tentu tidak mudah untuk dapat menyelami pemikiran seorang anak laki-laki yang serba ingin tahu, menguraikan pengalaman luar biasa seorang Pukat yang seumur hidupnya dipenuhi dengan teka-teki pemberian Wak Yati, menceritakan sisi feminisme dari seorang Eliana yang pemberani, atau pun menggambarkan kepolosan seorang Amelia yang selalu bertanya. Selain itu dunia yang diceritakan Tere Liye dalam novel ini tidak serba “mewah” atau berlebihan sehingga tidak bisa dijangkau khayalan pembaca seperti yang sering kita temukan dalam novel-novel lainnya. Cara bercerita Tere Liye yang sederhana itu berhasil mengajak pembaca bertualang menuju salah satu perkampungan kecil di Sumatera Selatan. 
Sayangnya, di beberapa bagian, ada cerita yang tidak masuk akal. Terlalu banyak kebetulan-kebetulan yang sering kita temukan dalam layar kaca. Bahkan ada scene yang menggambarkan karakter “super hero” dadakan, seolah-olah tanpa sang tokoh, maka persoalan yang terjadi tidak akan selesai. Seperti Burlian yang selamat ketika hampir di makan buaya, tertimpa gedung sekolah yang ambruk yang menyebabkannya masuk IGD dan akhirnya bertemu dengan bapak menteri yang bersedia memenuhi segala permintaannya (termasuk mengangkat pak Bin menjadi PNS), atau berhadapan dengan buronan yang lepas dari tahanan. Suatu kebetulan yang klise.

Tapi terlepas dari kesemua itu, serial ini sangat layak baca, menarik dan tentu saja menghibur. Buku ini sebagai bentuk bacaan yang memadai bagi anak-anak yang "kenyang" dicekoki dengan novel-novel percintaan yang tidak masuk akal dansama sekali tidak mendidik.

Catatan Kecil:
Selain menikmati dunia kanak-kanak yang mempesona dan ajaib, saya juga menemukan banyak petuah-petuah yang bersifat tidak menggurui. Melalui pengalaman-pengalaman dari masing-masing tokoh kita bisa memetik hikmah. Namun inti dari keempat serial ini adalah betapa kasih Ibu itu tidak terbatas (seperti quota pembuka di atas". Sosok perempuan yang mampu melakukan banyak hal demi anak-anaknya. Itu tergambar jelas, ketika mamak rela tersengat tawon demi menyelamatkan Burlian kecil ketika berada di Ladang, atau ketika mamak rela bolak-balik dari rumah hanya untuk mengetahui kalau Eliana tidak kurang suatu apapun saat memutuskan keluar dari Rumah, tiap malam, saat Eliana tertidur. Dan buku ini berhasil membuat saya bersyukur akan keberadaan seorang ibu.

Kutipan-kutipan menarik: 
Pertanyaan akan memicu penemuan hebat, pemikiran masyur bahkan permulaan yang agung. Sementara jawaban terkadang malah mengakhiri sebuah petualangan yang seru
"Tetapi apapun yang terjadi, kita sudah melaksanakan proses dengan baik. Sekarang tinggal menunggu dan berharap. Selalulah meminta pertolongan dengan dua hal itu. Menunggu berarti sabar, berharap berarti doa."
"Terkadang kita membutuhkan melihat langsung untuk mengerti hakikat kasih sayang"
"Jika kalian tidak bisa ikut golongan memperbaiki, janganlah ikut golongan yang merusak. Jika kalian tidak bisa berdiri di depan menyerukan kebaikan maka berdirilah di belakang. Dukung orang-orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan"

Buku empat
Buku Tiga

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengharapan tidak pernah Mengecewakan. Tetap Semangat!