RSS

DOA IBU

JUDUL: DOA IBU
PENULIS: SEKAR AYU ASMARA
PENERBIT: GPU
TAHUN TERBIT: 2009
HALAMAN: 266


Bila dibandingkan dengan kedua buku Sekar Ayu Asmara, maka buku ini yang menurut saya kurang menghentak.

Novel dibuka dengan kebingungan Ijen akan peristiwa yang menimpa sahabatnya Khaled. Dewinta, calon istri Khaled menghilang tepat di hari resepsi pernikahan mereka. Ijen berusaha menjelajahi seluruh petunjuk yang memungkinkannya menemukan Dewinta untuk Khaled yang terbaring koma di Rumah Sakit.

Lalu Bab selanjutnya bercerita tentang kesedihan Madrim karena baru saja kehilangan suaminya, Bintang Kusumajoyo. Kepedihan itu kian perih takkala di hari pemakaman, seorang wanita muncul bersama seorang anak perempuan berusia 10 tahun yang turut menangisi kepergian Bintang. Hati Madrim remuk karena merasa dikhianati oleh suami yang sangat dihormatinya selama ini.


Novel ini berkisah saling selang. Bermula tentang pencarian Ijen dan teman-temannya mengenai keberadaan Dewanti lalu berlanjut dengan kisah perjalanan Madrim selepas kepergian suaminya. Perjalanan Ijen dibumbui dengan konflik yang terjadi pula kepada sahabat-sahabatnya, Rajiv, Cepol dan perempuan yang dicintainya secara diam-diam "Giok Nio", lalu berganti dengan cerita kebencian dan dendam yang perlahan menggerogoti hati Madrim terhadap perempuan yang menjadi gundik Bintang beserta anak perempuannya itu. Dia memperjuangkan hak waris milik suaminya agar perempuan madunya tak bisa mengganggu gugat apalagi memperoleh pembagian harta. Dia berencana menghibakan seluruh harta itu kepada Sinta, anak perempuan semata wayangnya.


Mulai dari awal hingga pertengahan novel, alur cerita kurang greget bahkan terkesan datar. Perjalanan Ijen dan konflik teman-temannya serasa seperti alur cerita novel pop kebanyakan. Demikian juga kehidupan Madrim dan pencarian kebenaran Sinta mengenai masa lalu ayahnya. Sempat dijabarkan mengenai rahasia yang ingin diungkapkan Ayahnya ketika Sinta akan berangkat ke Dubai. Tapi pertanyaan mengenai rahasia itu menggantung, kurang menghentak. Lalu peristiwa perjumpaan Ijen dkk dengan Ajeng, sempat membuat saya  antusias dan penasaran, tapi lagi-lagi kurang menghentak bahkan tak terjawab hingga di akhir cerita.


Namun bukan Sekar Ayu Asmara bila tidak menghadirkan ending yang mencengangkan. Dan cukup menjadi twisted untuk menutup novel ini. Walau sebenarnya sedikit kurang sinkron dengan logika. Tapi menurut saya, novel ini tidak mengecewakan.


Satu hal lagi yang membuat novel ini unik yaitu hampir seluruh bab dibuka dengan deskripsi mengenai persamaan spektrum warna yang memakai istilah asing dengan suatu kondisi atau suasana hati. Unik karena ternyata bab pembuka itu kadang tidak berkaitan dengan bab selanjutnya. Dan saya berusaha melogikakan antara deskripsi spektrum warna dengan tema cerita ini. Menurut saya, spektrum warna itu berkaitan dengan  partikel-partikel yang menyusun ruh-ruh yang hidup di dunia semu. Partikel-partikel yang perlahan-lahan lenyap tanpa bekas sesuai takdirnya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengharapan tidak pernah Mengecewakan. Tetap Semangat!